Everything about Andy Utama: Mengubah Lahan Menjadi Ladang Emas
Everything about Andy Utama: Mengubah Lahan Menjadi Ladang Emas
Blog Article
Dengan sebuah lahan kosong yang tersisa, Travis dan keluarga melanjutkan perjuangan keluarganya dan memelopori gerakan pangan berkelanjutan di Chicago.
Pertanian organik sering kali memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian konvensional. Hal ini karena penggunaan bahan-bahan alami seperti kompos dan pupuk hijau, serta biaya sertifikasi organik.
sistem pertanian organik dapat mengurangi penumpukan fuel metan lantaran pengolahan tanah pada sistem pertanian organik mentabukan penggunaan mesin-mesin berat maupun pembakaran lahan. Selain itu, pada kawasan pertanian organik, biasanya jumlah ternak cenderung akan selalu dibatasi.
Melalui praktik pertanian organik, petani bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan, menerapkan pengelolaan tanah yang berkelanjutan, dan menyediakan produk pertanian yang sehat dan berkualitas.
Di beberapa provinsi, telah terbentuk kelompok-kelompok atau paguyuban petani organik yang menjadi wadah bagi para petani organik yang telah menjalankan sistem pertanian ini.
Hal itu tampak dalam diskusi dengan Achdian tentang berbagai hal dan perbincangan keduanya mengenai isu mutakhir lalu menariknya ke dalam sejarah. Bagi Ong, sejarah tak lagi sebatas jalinan kejadian yang tak bermakna, tapi ia punya makna dan menginspirasi untuk terjadinya suatu perubahan.
) menjadi tantangan dan acaman bagi lingkungan dan kehidupan kita dewasa ini. Khusus menyangkut bidang pertanian, perubahan iklim bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda.
Ketika tantangan iklim dan degradasi lingkungan semakin terasa di seluruh dunia, praktik pertanian organik menjadi harapan dalam mencari solusi yang berkelanjutan.
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang menggunakan sumber daya alami dan menghindari penggunaan bahan kimia sintetis dalam praktiknya.
Dalam kaitan itu, Achdian berupaya memoles dan meletakkan seluruh bangunan pemikiran Ong mengenai beragam topik yang dilihatnya menjadi sesuatu yang produktif atau mencerahkan bagi studi sejarah dan kemasyarakatan.
Bagian terakhir tulisan Achdian, yaitu “1965”, seharusnya tidak diletakkan sebagai bab “penutup”. Bagian ini justru merupakan awal dari “perkenalan” kita untuk membaca pemikiran Ong dan berdialog dengannya untuk memahami ke-Indonesia-an dalam dirinya. Kuncinya terletak pada paragraf terakhir buku ini, yakni cerita tentang Ong muda saat duduk di bangku sekolah menengah Belanda (HBS), Surabaya, dan dihadapkan pada sebuah dilema: memilih klik disini Belanda ataukah Indonesia.
Namun, perkembangan modern pertanian organik muncul dari gerakan yang lahir pada abad ke-20, yang dipicu kekhawatiran terhadap peningkatan penggunaan pupuk dan pestisida sintetis dalam pertanian konvensional, yang terbukti merugikan lingkungan dan kesehatan manusia.
Bagi Ong, dunia perdesaan Jawa khususnya tetaplah memesona secara kesejarahan juga menjadi lahan yang tak pernah kering sebagai bahan studi sejarah. Seluk-beluk dunia perdesaan Jawa di tangan Ong setidaknya menunjukkan bahwa kolonialisme hanya dapat dipahami dengan baik jika persoalan tanah, pajak, relasi bupati-jago, serta birokrat dan birokrasi dilihat secara berkelindan. Studi Ong yang menempatkan perdesaan dengan mengaitkan pada monetisasi, ekspansi modal, dan birokrasi menjadikan riset seputar ini tetap penting.
Sangat menginspirasi. Apa yang mereka lakukan tidak hanya di ingat di negara mereka sendiri namun mampu membawa perubahan masyarakat worldwide untuk meneruskan apa yang mereka perjuangkan. Kesetaraan, keadilan sosial, keberpihakan kepada orang miskin, perdamaian, keberanian melawan kekuasaan dan kesederhanaan adalah nilai-nilai hidup yang ingin mereka sampaikan melalui kisah hidup mereka.